Marak Layanan Bimbel Daring di Kalangan Pelajar
Oleh Eva Yuliani, S.Pd
Di era milenial, pembelajaran secara virtual semakin marak digunakan oleh para pelajar, seperti quiper, ruang guru dan aplikasi layanan bimbel daring lainnya. Berbagai manfaat yang dirasakan para pelajar melalui layanan bimbel daring ini membuat keberadaannya semakin menjamur dan banyak digunakan sebagai alternatif media pembelajaran bagi siswa.
Ilham, pelajar kelas XI SMKN 1 Cianjur menuturkan belajar di kelas dengan guru terkadang terlalu cepat penyampaiannya dan tidak langsung memahami, untuk mengantisiapsi hal tersebut ia belajar melalui video dalam layanan bimbel daring.. untuk lebih memahami materi tertentu video tersebut bisa di replay berkali kali sampai materi tersebut dimengerti dan dikuasai. Lain lagi manfaat yang dirasakan oleh Fani siswa kelas kelas XII SMKN 1 Cianjur yang sedang mempersiapkan menghadapi UN dan USBN. Kehadiran Bimbel daring ini sangat membantu dan memudahkan dalam belajar. Bisa kapan dan dimana saja belajar secara daring menjadikan belajar lebih menyenangkan.
Berdasarkan penuturan dua pelajar tersebut setidaknya layanan bimbel daring kini banyak diminati, awal kehadirannya hanya ditujukan sebagai suplemen dalam belajar agar lebih maksimal kini seakan menjadi kebutuhan yang subtansial. Bagi guru pun layanan bimbil daring ini sangat membantu. Berbagai manfaat yang bisa didapatkan seperti media pembelaran lebih bervariasi, guru dapat lebih instens berkomunikasi dengan siswa karena bisa berkomunikasi secara virtual diluar kelas dimana saja dan kapan saja. Memberikan tugas lebih mudah terakses oleh siswa dan fortofolio tugas anak dapat tersimpan rapi di aplikasi tersebut selain itu fortofolio tersebut dapat dilihat secara terbuka oleh siswa maupun guru kapan saja dan dimana saja. Dalam proses penilaian tes ulangan pun guru mendapatkan kemudahan tidak lagi harus memeriksa jawaban karena sudah otomatis melalui sistem jawaban soal anak tersebut dinilai dengan analisis butir soalnya. Dengan adanya kemudahan tersebut tentu hal ini lebih meringankan pekerjaan guru.
Namun dibalik segala kemudahan, kenyamanan dan manfaat yang dirasakan dari layanan bimbel daring ini kita sebagai pengguna harus merogeh kocek untuk melakukan pembayaran dalam penggunaan layanan bimbel daring. Kebayakan bimbel daring ini tidak didapat secara gratis tetapi berbayar karena sifat nya swasta dan tidak mendapat subsidi anggaran dari pemerintah. Bagi orang tua siswa menengah ke atas merogeh kocek antara 700 rb sampai dengan sejuta lebih untuk kenyamanan anaknya belajar tentu bukan hal yang memberatkan. Tetapi bagi siswa yang kurang mampu hal ini tentu memberatkan dan semakin menjadikan persepsi bahwa belajar adalah barang mahal
Sebenarnya dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat. Pemerintah sendiri bukannya tidak peka dan tidak melek teknologi. Pemerintah pun telah membuat layanan bimbel daring yang dinamakan Rumah belajar untuk mengakomodir minat siswa belajar secara virtual. Layanan bimbel ini bisa digunakan secara gratis selain itu konten yang disajikan lebih lengkap, canggih dan akses jangkauan nya lebih luas dibandingkan bimbel daring berbayar. Namun sayang pada kenyataan gaung bimbel Rumah belajar seakan tertutup dan terkalahkan kepopulerannya dengan layanan bimbel swasta berbayar walau berbagai keunggulan yang dimilikinya. Kurangnya informasi dan promosi dari pemerintah sendiri sepertinga menjadi penyebab utama kurang diminatinya Rumah Belajar ini. Seharusnya pemerintah lebih gencar dan berani menggaet pihak swasta untuk mempromosikan Rumah belajar ini melalui medsos, televisi dan media informasi lainnya. Sehingga sesuai dengan motto nya Rumah Belajar "belajar untuk semua" dimana saja, kapan saja dan siapa saja.
Oleh Eva Yuliani, S.Pd
Di era milenial, pembelajaran secara virtual semakin marak digunakan oleh para pelajar, seperti quiper, ruang guru dan aplikasi layanan bimbel daring lainnya. Berbagai manfaat yang dirasakan para pelajar melalui layanan bimbel daring ini membuat keberadaannya semakin menjamur dan banyak digunakan sebagai alternatif media pembelajaran bagi siswa.
Ilham, pelajar kelas XI SMKN 1 Cianjur menuturkan belajar di kelas dengan guru terkadang terlalu cepat penyampaiannya dan tidak langsung memahami, untuk mengantisiapsi hal tersebut ia belajar melalui video dalam layanan bimbel daring.. untuk lebih memahami materi tertentu video tersebut bisa di replay berkali kali sampai materi tersebut dimengerti dan dikuasai. Lain lagi manfaat yang dirasakan oleh Fani siswa kelas kelas XII SMKN 1 Cianjur yang sedang mempersiapkan menghadapi UN dan USBN. Kehadiran Bimbel daring ini sangat membantu dan memudahkan dalam belajar. Bisa kapan dan dimana saja belajar secara daring menjadikan belajar lebih menyenangkan.
Berdasarkan penuturan dua pelajar tersebut setidaknya layanan bimbel daring kini banyak diminati, awal kehadirannya hanya ditujukan sebagai suplemen dalam belajar agar lebih maksimal kini seakan menjadi kebutuhan yang subtansial. Bagi guru pun layanan bimbil daring ini sangat membantu. Berbagai manfaat yang bisa didapatkan seperti media pembelaran lebih bervariasi, guru dapat lebih instens berkomunikasi dengan siswa karena bisa berkomunikasi secara virtual diluar kelas dimana saja dan kapan saja. Memberikan tugas lebih mudah terakses oleh siswa dan fortofolio tugas anak dapat tersimpan rapi di aplikasi tersebut selain itu fortofolio tersebut dapat dilihat secara terbuka oleh siswa maupun guru kapan saja dan dimana saja. Dalam proses penilaian tes ulangan pun guru mendapatkan kemudahan tidak lagi harus memeriksa jawaban karena sudah otomatis melalui sistem jawaban soal anak tersebut dinilai dengan analisis butir soalnya. Dengan adanya kemudahan tersebut tentu hal ini lebih meringankan pekerjaan guru.
Namun dibalik segala kemudahan, kenyamanan dan manfaat yang dirasakan dari layanan bimbel daring ini kita sebagai pengguna harus merogeh kocek untuk melakukan pembayaran dalam penggunaan layanan bimbel daring. Kebayakan bimbel daring ini tidak didapat secara gratis tetapi berbayar karena sifat nya swasta dan tidak mendapat subsidi anggaran dari pemerintah. Bagi orang tua siswa menengah ke atas merogeh kocek antara 700 rb sampai dengan sejuta lebih untuk kenyamanan anaknya belajar tentu bukan hal yang memberatkan. Tetapi bagi siswa yang kurang mampu hal ini tentu memberatkan dan semakin menjadikan persepsi bahwa belajar adalah barang mahal
Sebenarnya dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat. Pemerintah sendiri bukannya tidak peka dan tidak melek teknologi. Pemerintah pun telah membuat layanan bimbel daring yang dinamakan Rumah belajar untuk mengakomodir minat siswa belajar secara virtual. Layanan bimbel ini bisa digunakan secara gratis selain itu konten yang disajikan lebih lengkap, canggih dan akses jangkauan nya lebih luas dibandingkan bimbel daring berbayar. Namun sayang pada kenyataan gaung bimbel Rumah belajar seakan tertutup dan terkalahkan kepopulerannya dengan layanan bimbel swasta berbayar walau berbagai keunggulan yang dimilikinya. Kurangnya informasi dan promosi dari pemerintah sendiri sepertinga menjadi penyebab utama kurang diminatinya Rumah Belajar ini. Seharusnya pemerintah lebih gencar dan berani menggaet pihak swasta untuk mempromosikan Rumah belajar ini melalui medsos, televisi dan media informasi lainnya. Sehingga sesuai dengan motto nya Rumah Belajar "belajar untuk semua" dimana saja, kapan saja dan siapa saja.
Comments
Post a Comment