Skip to main content

Bangun Kesetiakawanan melalui Aktivitas PMR
Oleh: Dewi
SMAN 1 Lembang
            Dalam istilah bahasa Jawa, kata ‘guru’ merupakan kependekan dari digugu lan ditiru yang artinya dituruti dan dicontoh. Menurut KBBI kata guru memiliki arti pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai ,dan mengevaluasi peserta didik. Dari kedua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tugas guru bukan hanya sebagai figur yang mendorong agar siswa memiliki pengetahuan yang mumpuni, tetapi juga mampu membentuk karakter yang baik seperti yang dimiliki oleh seorang guru.
            Salah satu cara efektif membentuk karakter yang baik pada siswa dapat dilakukan melalui kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Kegiatan yang dilakukan secara rutin dan di luar jam wajib KBM akan membuat siswa senang mengikutinya, sehingga siswa tidak akan merasa terbebani dengan berbagai tugas dan teori. Dalam keadaan inilah peranserta guru sebagai pengemban tugas tambahan , menyisipkan pembentukan karakter pada siswa dapat dilakukan.
            Salah satu contoh ekstra kurikuler yang ada di sekolah yaitu PMR. Anggota PMR memiliki tugas yang berbeda dibandingkan dengan ekskul lain. Salah satu tugas rutin mereka sebagai timkes pada upacara di sekolah, juga sebagai petugas UKS yang  memiliki jadwal piket UKS pada hari tertentu. Sekilas hal tersebut adalah hal yang biasa , namun jika dicermati dibutuhkan pengorbanan untuk melaksanakan tugas tersebut sebagai bentuk tanggung jawab mereka. Misalnya ketika mereka harus melaksanakan piket yang seharusnya dilaksanakan pada jam istirahat, tak jarang mereka harus ke ruang UKS ketika jam KBM berlangsung karena ada siswa yang sakit atau mengalami kecelakaan di sekolah. Jika di kelas mereka tidak sedang ulangan atau presentasi, mungkin tidak menimbulkan masalah, tapi jika sedang ulangan atau presentasi maka mereka membutuhkan teman lainnya untuk menggantikan tugas mereka di UKS. Keadaan inilah yang tanpa mereka sadari membangun rasa kesetiakawanan pada siswa. Dalam hal ini peran guru sebagai pembina PMR berusaha menemani mereka ketika melaksanakan tugas UKS dan juga memberikan semangat ketika mereka membutuhkan bantuan.
            Kegiatan PMR yang sarat dengan rasa kemanusiaan secara tidak langsung membentuk empati yang tinggi pada anggota PMR dan ini akan terbawa menjadi sebuah kebiasaan ketika mereka berada di lingkungan masyarakat. Rasa kesetiakawanan sebagai salah satu bentuk empati akan mandarah daging pada setiap anggota PMR dan ini membuktikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana yang ampuh dalam membangun karakter yang baik.

Comments

Popular posts from this blog

Task Analisys (Analisis Tugas) untuk Membangun Kemandirian Siswa Tunagrahita

Task Analisys (Analisis Tugas) untuk Membangun Kemandirian Siswa   Tunagrahita (Oleh: Ida Hamidah - Guru di SLB C Bina Asih Cianjur) Program Pengembangan Diri adalah “ruh” dari seluruh materi pembelajaran yang diberikan pada siswa tunagrahita. Salah satunya membelajarkan siswa pada kemandirian mengenakan pakaian. Mengingat siswa tunagrahita mengalami hambatan intelegensi dalam mengenakan pakaian sangat membutuhkan rincian-rincian tugas yang jelas (analisis tugas), dengan tujuan diharapkan siswa tunagrahita mampu memakai pakaian dengan baik dan benar. Analisis tugas (Task Analisys)   dirancang guru berdasarkan hasil asesmen.   Berikut ini analisis tugas dalam mengenakan pakaian (Kemeja berkancing). No Aspek yang Dinilai Skor Maksimal Kemampuan 1 2 3 1 Mampu mengambil kemeja berkancing 3 2 Mampu melakukan orientasi bagian ...